Cerpen “Sepenggal Kisah Muridku yang Gemar Menulis”
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom Sastra – Tulisan berjudul “Sepenggal Kisah Muridku yang Gemar Menulis” ini merupakan buah karya Hérmana, S.Pd.I., seorang Guru Bahasa Sunda di MA Terpadu Pakunagara, Ciamis.
Aku adalah seorang guru Sekolah Dasar (SD) yang mengajar di kelas lima. Jumlah muridku 22 orang. Di antara mereka, ada seorang muridku yang terkenal, namanya Heri, meskipun secara akademik dia belum pernah meraih rengking satu.
Pada semester ganjil, Heri berhasil meraih rengking tiga. Ia mempunyai kegemaran menulis. Tulisannya banyak yang dimuat di media massa berupa cerita pendek, puisi, dan anekdot.
Entah sudah berapa banyak media massa yang memuat tulisan Heri. Namanya pun semakin terkenal saja. Selain itu, ia juga memperoleh honorarium berupa uang dari media massa yang menerbitkan karya tulisnya. Hal ini sungguh membanggakan karena tidak semua orang mampu menulis dengan baik.
Aku saja sebagai gurunya belum mampu menulis secara rutin dan belum pernah mempublikasikannya melalui media massa. Jika aku mengirimkan tulisanku ke media massa, belum tentu juga dimuat.
Menulis itu butuh keterampilan. Siapa saja yang piawai menulis, bisa dipastikan suka membaca karena dari banyak membaca akan mempunyai perbedaharaan kata yang banyak dan pengetahuan yang semakin luas.
Jarang sekali ada anak SD yang mampu menulis seperti Heri. Entah sudah berapa banyak karya tulisnya yang dibuat melalui laptopnya itu. Katanya, kakaknya yang telah mengajarkannya cara menggunakan laptop dan bagaimana cara menulis. Kebetulan salah seorang kakaknya ada yang kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta jurusan Teknologi Informatika dan Komunikasi.
Kepala sekolah, para guru, serta teman-teman Heri kagum padanya dan suka membaca karya-karyanya. Setiap ada tulisan yang dimuat di media massa cetak selalu difotokopi, lalu ditempel di majalah dinding sekolah. Hal ini membuat warga sekolah menjadi gemar membaca dan mengapresiasi karyanya.
Ketenaran Heri tidak lantas membuatnya tinggi hati. Ia tetap rendah hati pada semua orang. Beberapa surat kabar yang menjadi langganan sekolah sering memuat tulisannya sehingga nama sekolah menjadi terkenal. Hal ini menjadi nilai lebih bagi pihak sekolah karena hal tersebut bagian dari prestasi sekolah.
Kegemaran Heri yang lain adalah berpartisipasi dalam acara-acara di radio. Anak berusia 10 tahun itu kerap mengirimkan chat melalui aplikasi WhatsApp (WA) ke beberapa radio dengan tujuan meminta lagu dan kirim-kirim salam.
Banyak radio yang Heri ikuti, di antaranya pada acara lagu-lagu Pop Sunda yang merupakan bagian dari budaya lokal yang harus kita lestarikan. Ia sering mengirim salam kepada kepala sekolah, para guru, dan teman-temannya walau tak semuanya mendengarkan radio.
Dengan dibacanya chat dari Heri yang setiap hari dilakukannya, hal itu membuat nama Heri semakin terkenal. Praktis, sekolah tempatnya menimba ilmu juga ikut terkenal. Siapa tahu saja dengan terkenal ini membuat calon peserta didik pada penerimaan peserta didik baru nanti membludak. Sebeb sebagus apapun sekolah jika kurang dikenal, besar kemungkinan tak akan terlalu diperhatikan. Jadi, ya harus dikenal dulu dengan hal-hal yang positif.
Sepulang sekolah aku mampir ke penjual baso. Aku mau jajan baso saat lelah dan perut keroncongan terasa lapar. Di sana tampak ada seorang perempuan muda yang sedang membaca sebuah surat kabar. Ternyata ia sedang menunggu pesanan basonya.
Setelah aku perhatikan dengan seksama, perempuan itu ternyata sedang membaca sebuah cerita pendek karangan Heri. Kebetulan aku sudah pernah membacanya. Aku merasa sangat senang dengan hal tersebut. Ingin rasanya aku memberitahu kepada perempuan cantik itu bahwa penulis cerita pendek itu adalah muridku.
Wajah perempuan itu tampak berseri-seri sambil tersenyum. Memang sepengetahuanku cerpen Heri lucu dan menghibur. Selain itu isinya juga mengandung pesan moral yang bernuansa edukasi.
Eros, teman sekelas Heri tampak merasa iri dengan keberhasilan Heri karena lebih terkenal dibandingkan dirinya. Bahkan, bisa dibilang Heri adalah murid yang paling terkenal di sekolah kami.
Sebenarnya Eros ingin seperti Heri. Ia sudah berulang kali mengirimkan puisi dan cerita pendek anak ke berbagai surat kabar dan majalah, tetapi belum ada satu karya pun yang berhasil dimuat.
Jelas kemampuan Heri lebih unggul dibandingkan Eros dalam bidang tulis menulis. Sayangnya keberhasilan Heri justru menjadi sumber kebencian Eros padanya, apalagi selama ini Eros selalu meraih rangking pertama di kelasnya.
Hingga pada suatu hari, ada wartawan datang ke sekolah dengan tujuan untuk mewawancara Heri. Warga sekolah merasa senang karena sekolah akan diliput. Heri semakin terkenal maka pihak sekolah juga ikut terkenal.
Apabila guru dan para siswa ada yang menanyakan dimana mengajar atau menimba ilmu, lalu disebutkan nama sekolah maka orang-orang akan mengetahui dan akan mengaitkannya dengan Heri. Itulah manfaat jika sekolah terkenal.
Memang sekolah harus terkenal. Tentu saja terkenal karena hal-hal yang baik, bukan oleh hal-hal yang buruk. Untuk mampu terkenal maka warga sekolah termasuk para murid harus menorehkan prestasi, harus mempunyai karya yang dapat membanggakan.
“Cita-citamu ingin menjadi apa?” Tanyaku pada Heri.
“Aku ingin menjadi dokter anak,” jawab Heri penuh percaya diri.
Tadinya aku pikir murid kelas lima SD itu ingin menjadi penulis karena mengingat hobinya selama ini adalah menulis. Di dunia, jumlah penulis tak banyak. Mungkin dianggap susah atau sulit. Oleh karena itu tak banyak orang yang mampu menjalani profesi ini.
“Apapun cita-citamu, semoga berhasil diraih!” Jawabku pada Heri sambil memberinya motivasi.
Meskipun kelak Heri telah menjadi seorang dokter, kegiatan menulis dapat terus dilakukan. Ilmu yang dimiliki dapat dituangkan ke dalam tulisan seperti artikel sehingga bisa terbit di media massa dan dibaca orang banyak. Juga bisa dibuat buku sehingga masyarakat menjadi pintar dan semakin luas wawasannya.
Muridku yang hobi menulis ini bertempat tinggal paling jauh di antara teman-teman sekelasnya. Heri lebih memilih bersekolah di sini karena kemauannya sendiri, padahal di daerahnya ada sekolah. Mungkin jika Heri tak bersekolah di sini, aku sebagai gurunya tak akan tahu tentang kegiatan menulisnya dan sekolah tempatku selama ini mengajar, tak akan seterkenal ini.
“Uang dari hasil menulis, digunakan untuk apa saja?” Tanyaku ingin tahu.
“Ditabung,” jawab Heri singkat.
Bagus, senang sekali mendengarkannya. Itu menunjukkan muridku itu bersikap hidup hemat. Setahuku, Heri jarang jajan jika dibandingkan dengan teman-temannya. Bahkan, pernah mendengar bahwa ia sering membawa bekal dari rumah berupa nasi timbel dan goreng tempe. Jarang-jarang ada murid yang seperti itu.
Dengan membawa bekal dari rumah maka uang akan hemat dan lebih sehat. Kebiasaan Heri perlu ditiru. Pantas saja uang tabungannya paling besar di antara teman-teman sekolahnya karena ia sudah mampu menghasilkan uang sendiri dan juga membiasakan diri gaya hidup hemat.
Sejak kecil Heri sudah mulai berkarya dan menghasilkan uang, tapi hobinya menulis tidak sampai mengganggu kegiatan utamanya belajar. Kegiatan menulis dan belajar itu sangat erat sekali kaitannya. Mengasah hobi sejak kecil sangat berguna bagi seorang anak sebagai bekal keterampilan untuk masa depannya. (Hérmana).
***
Judul: Sepenggal Kisah Muridku yang Gemar Menulis
Penulis: Hérmana, S.Pd.I.
Editor: JHK
Sekilas Tentang Penulis
Pria bernama lengkap Hérmana, S.Pd.I. ini lahir di Ciamis, 8 Agustus 1982. Alumni S1 Jurusan PAI (2007), Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Darussalam Ciamis ini kini bekerja sebagai Guru Bahasa Sunda di MA Terpadu Pakunagara, Ciamis (2007-sekarang).
Selain hobi menulis, mantan guru honorer di SD Negeri 2 Lumbung (2008-2019) ini memiliki banyak prestasi. Hérmana pernah menjadi Juara 2 Lomba Pidato antar SLTA se Kecamatan Kawali dalam memperingati maulid Nabi Muhammad saw pada 1999.
Secara berturut-turut pada 2006-2007 berhasil meraih Juara 2 MTQ tingkat Kabupaten Ciamis untuk cabang Menulis Kandungan Al Qur’an. Setahun kemudian, pada 2008 ia berhasil meraih Juara 1 MTQ tingkat Kabupaten Ciamis untuk cabang Menulis Kandungan Al Qur’an.
Pada 2010, Hérmana kembali meraih Juara 2 MTQ tingkat Kabupaten Ciamis untuk cabang Menulis Kandungan Al Qur’an. Juga pada 2012 ia berhasil meraih Juara 1 MTQ tingkat Kabupaten Kuningan untuk cabang Menulis Kandungan Al Qur’an. Begitu juga pada 2015 ia kembali berhasil meraih Juara 2 MTQ tingkat Kabupaten Ciamis untuk cabang Menulis Kandungan Al Qur’an.
Beberapa tulisan Hérmana pernah terbit di Majalah Basa Sunda “Mangle” berupa cerita pendek, artikel, sajak, dan cerita anak.
Penulis yang tinggal di Desa Gereba, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis ini bisa dihubungi melalui aplikasi WhatsApp (WA): 0821-2606-5535, Email: herherhermana78@gmail.com
***