Cerpen “Jual Wajah Paling Langka”
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Cerpen berjudul “Jual Wajah Paling Langka” ini merupakan karya original dari Rose Mariadewi, sarjana Ilmu Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan freelance journalist di media online Pratama Media News (PMN) dan Berita Jabar News (BJN).
12:35 AM
Tahun ini 2024 di suatu sudut kota X. Waktu berjalan seperti biasanya, manusia laki dan perempuan saling bertegur sapa dari pukul 05.00 dari berbagai sudut. Kota X ini menarik dengan wujudnya yang makin tidak terduga tahun ini. Setiap tahun kota ini berubah bentuk, sesuai yang memberi ide.
Sudut kota di ujung jalan gedung usang bekas pabrik pengolahan barang bekas menjadi tempat favorit kami melihat lalu-lalang ini. 2024 tahun Kota X ini berjalan, kami selalu bandingkan tiap tahunnya. Sebut saja aku Kenzo, nama umum yang diberi orang kini, nama panjangku tak penting.
Temanku yang unik ini yang suka bicara hal unik namanya Asa. Dia membuka obrolan pagi ini dengan kalimat yang tidak kuduga.
“Bro, aku mau jual wajah paling langka tahun ini!” Tiba-tiba ia berdiri menengadah wajahnya ke langit sambil berkacak pinggang.
Gila anak ini! pikirku, seperti orang yang lalu-lalang di sekitar kami. Kekacauan hadir pada awal tahun kemarin, ada meteor jatuh di tengah kota membelah menjadi sebuah menara di kisah Jack dan Kacang. Asa dan aku sedang merokok di tempat biasa, dan kejadiannya hanya berjarak beberapa blok dari sana.
“Menara, Sa! Sudah berapa tahun tidak muncul di 30 tahun terakhir. Ayo, lihat dulu, ntar keburu rame tu orang ke sana!” Aku tarik tangannya tidak sabar untuk melihat kejutan apa si pengide kali ini.
“Iya, sabar, terakhir ini ni!” Ia mematikan rokoknya yang tinggal sedikit dan berlari sprint.
Sontak aku berlari lebih kencang, menerobos kerumunan penduduk yang sudah padat mengelilingi titik jatuh meteor. Tidak kurasa senggolan kanan kiri, fokusku ke menara itu.
“Sa, sabar, itu sudah dekat, awas tidak bisa berhenti!” Teriakku dari jauh.
“Itu Ken ada tempat untuk kita, semua kebagian! Ayo duduk paling depan!” Jawabnya dari jarak jauh samar-samar.
Suasana kacau. Semua orang berebut menggambil tempat paling dekat. Menara itu tampak kokoh bak Pencakar Langit Amerika di film-film. Jendelanya banyak dan berwarna keemasan di sudutnya. Tingginya mencapai langit, tidak terlihat. Catnya mewah dan di tempa granit mahal yang kami tidak pernah lihat sebelumnya. Di sekelilingnya ada kursi dari sisa meteor yang jatuh membentuk amphiteather sejumlah penduduk X.
“Lihat gedung ini menjual berbagai wajah Zo, paling laris dan viral katanya, ha .. ha .. ha .. ha!” Ia tertawa paling keras, memang tidak tahu malu Asa ini.
“Hush, sekarang siapa yang butuh wajah Asa. Kamu gila, tapi jangan sekarang dong. Aku tau otakmu agak kurang kebanyakan nganggur!” Aku menepis tangannya karena kesal, bisa-bisanya dia bercanda di pembukaan tahun ini.
“Bukan gila, hei! Lihat tu plangnya raksasa, kamu bisa baca kan Sarjana Muda!” Ia mengelak dan menarik kepalaku.
Menara itu memang megah dengan LED yang besar, awalnya tidak terbaca. Perlahan running text mulai muncul membuat suasana hening, semua tertuju ke tulisan yang berjalan.
“SELAMAT TAHUN BARU WARGA X. KAMI PERSEMBAHKAN INOVASI KAMI TAHUN INI”
“TOKO 1001 WAJAH, TERIMA JUAL DAN BELI WAJAH BARU DAN BEKAS, KAMI JEMPUT SAMPAI RUMAH, HARGA BERSAHABAT”
“TERIMA JUAL BELI WAJAH LANGKA DI HARI LIBUR/ HARI BESAR”
Sekeliling kami mulai kasak-kusuk. Sekitar 1000 lebih penduduk tahu ini penawaran langka. Pemainan marketing ini juga langka, sudah lama sejak Tuan X menghilang.
“Ini akal-akalan Tuan X kah? Dulu, 30 tahun lalu juga sama seperti ini kata kakekku,” ujar Asa sembari mulai memasang mukanya yang aneh, tapi aku suka kalau dia seperti itu, tandanya normal.
Tuan X bisa jadi di balik semua ini. Konspirasi baru tahun ini, Kompetisi Jual-Beli Wajah, Sa. Ayo Ikut! Aku mau jual wajahku yang hina ini, siapa tahu bisa ditukar beras dan lambo impianku, pikiranku sudah mengawang-awang mandi uang dengan muka mahal bak model majalah Luar.
“Kebanyakan mimpi di siang bolong Kau! Wajah segitu harganya seharga gula merah sekarang, mahal di kalangan ibu-ibu saja! Mahal mukaku, sudah mix bule Belanda aku juga ganteng tanpa goresan luka. Dulu aku reinkarnasi pangeran kata almarhumah Ibu,” ujar Asa dengan pede sambil membusungkan dada dan senyum tengilnya yang menjengkelkan..
Asa dan aku memang tampan, itu menurut orang yang lewat. Sayangnya kami pengganguran saja. Kalau sudah masuk kantor, kami bisa jadi sales paling kaya. Kami dulu model sekolah dan kami sekarang model jalanan, menunggu agency yang berminat.
Kami langsung jual diri tanpa pikir panjang sambil melangkah santai ke pintu megah gedung itu. Beberapa orang seperti kami mengantri lebih dulu, sama tampan dan cantiknya bak model.
“Bukaaaaa! Aku paling mahal disini!” Ujar wanita cantik bak bidadari yang berada pada posisi paling depan.
Semua terpana dan heran kenapa bidadari ini tidak bisa masuk. Asa mengintip dari samping. Ia melihat ada empat penjaga pintu memakai jas rapih membawa tongkat pengaman dan berkaca mata hitam sporty. Salah satunya mengambil komando menenangkan.
“Tenang, tenang, saudara-saudari bagaikan bidadari dan bidadara Kota X. Kami akan segera grand launching TOKO 1001 WAJAH besok pukul 10.00 AM. Datang di tepat waktu, hitung harga Wajahmu, tukar-tambah dengan wajah terbaik kami. Wajah langka hanya kami terima di hari libur dan hari besar. Semakin langka, semakin besar bayarannya,” ujar salah satu penjaga paling tinggi dan mengerikan sambil mengangkat tangannya sebagai tanda peringatan.
Semuanya langsung bubar setelah pengumuman, hanya tinggal kami berdua di depan pintu berkayu jati berlapis emas. Di sana tercantum syarat jual beli dan wajah langka. Kami baca sampai tuntas dan saling pandang dengan satu keyakinan, ini mustahil!
Syaratnya sangat sulit! Bahkan, mustahil!
“WAJAH LANGKA: WAJAH PUTIH MULUS CERAH BERCAHAYA TANPA PORI DAN GORESAN. MATA JERNIH. HIDUNG MANCUNG 45 DERAJAT SEMPURNA. WAJAH ASLI TANPA FILTER/OPERASI. SENYUM MANIS GIGI RAPIH. PROPOSIONAL. SIMETRIS dan yang utama WAJAH INI MENGGAMBARKAN WAJAH ORANG yang SUCI TANPA DOSA”
Kecewa berat, kami kembali lagi ke sudut tongkrongan kami menunduk, mustahil aku lolos. Asa lebih terlihat kecewa dengan wajahnya yang rupawan saja ia menjadi kaku, karena ternyata ia tak sesempurna itu kalau dilihat dari samping. Kami berjalan pelan tanpa kata. Duduk melihat menara dari kejauhan, merenungi diri.
Besok kami harus bisa jadi seperti sesempurna itu atau tetap jadi seperti ini? Akal-akalan siapa ini sebenarnya menuntut manusia menjadi sempurna tanpa cacat? Kami bukan nabi. Bahkan, nabi saya wajahnya tidak boleh ditunjukkan, apalagi dijual mahal.
Kerumunan mengosongkan lokasi dengan pandangan yang sama tampaknya. Bukan ingin mereka juga sepertinya untuk jadi sempurna. Mereka hanya penasaran apa tantangan yang akan mereka hadapi tahun ini di Kota X yang aneh ini.
Kami terus melamun memandangi terang Menara 1001 Wajah dari kejauhan sampai waktunya kami pulang. Kami lelah, merencanakan kesempurnaan. Besok kami akan melakukan hal yang sama juga, tapi akankah lebih baik?
***
(Februari 2024)
Di pagi hari nan-cerah, kehidupan berjalan seperti biasa. Aku sudah ada di sudut biasa terlebih dulu, setelah mengantar adik sekolah. Sambil memandangi Menara pencari “Wajah Sempurna” aku memainkan kunci motorku. Asa datang sambil tersenyum tidak jelas, terlihat dari kejauhan.
“Bro, aku mau jual wajah paling langka tahun ini!” Tiba-tiba ia berhenti dan berdiri menengadah ke langit sambil berkacak pinggang.
“Iya, terserah katamulah. Kamu mau jadi sempurna dan lebih dari nabi pun aku percaya,” kataku sambil menghela napas dan terduduk lelah dengar kalimatnya itu.
“Hei! Aku beneran akan jual wajahku. Lihat akhir tahun ini aku akan kalahkan bidadari yang kemarin marah-marah itu Zo. Aku mau ajak kamu main juga. Permainan baru mulai, tunggu saja!” Tawa Asa meledak, di pagi buta yang melelahkan itu.
Orang di sekitar kami hanya melirik sinis, saling tahu bahwa kita semua bersaing untuk menjual Wajah Sempurna sampai akhir tahun. Aku lirik Asa sebentar, ia masih tertawa seperti Protagonis dan MC sebuah Film.
Tidak ada salahnya mencoba. Lihat Asa saja seoptimis itu melihat dunia. Mungkin aku bisa kalau mencoba dengannya. Tidak ada salahnya, kok. Hanya jadi sempurna kan. Semua orang bisa.
Tekadku bulat. Aku akan coba juga. Oh ya, butuh rencana juga, ya? Sudah, mulai hari ini aku coba. (Rose Mariadewi/BJN)
***
Judul Jual Wajah Paling Langka
Penulis: Rose Mariadewi
Editor: JHK