Berita Jabar NewsBJNCerpen

Cerpen “Jejak Hitam Segitiga Emas dan Cahaya Penyelamat”

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom Sastra, Sabtu (13/09/2025) – Cerpen Inspiratif berjudul “Jejak Hitam Segitiga Emas dan Cahaya Penyelamatmerupakan karya tulis Ummu Fahhala, S. Pd., seorang Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi yang tinggal di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Malam itu sunyi di sebuah rumah sederhana di pinggiran Bandung. Televisi menyala menayangkan berita yang membuat dada Raka terasa sesak.

Narasi dalam berita tersebut berbunyi, “Direktorat Narkoba Polda Jawa Barat kembali membongkar jaringan narkotika internasional. Sebanyak 7 kilogram sabu asal Segitiga Emas, Myanmar, Thailand, dan Laos, berhasil diamankan sepanjang Agustus 2025. Empat orang tersangka ditangkap, terancam hukuman seumur hidup hingga hukuman mati…”

Ummu Pahhala
Ummu Pahhala, Penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

Raka mengepalkan tangannya. Ia teringat wajah sahabatnya, Jaya yang kini terpuruk di penjara karena narkoba.

“Kenapa negeri ini tak kunjung lepas dari jerat racun putih itu?” Ujar Raka sambil bergumam lirih.

Ibu Raka yang duduk di sebelahnya menatap penuh haru, “Nak, narkoba bukan sekadar barang haram. Ia adalah senjata yang menghancurkan generasi.”

Sabda Rasulullah saw. mengingatkan kita bahwa setiap zat yang memabukkan itu haram. Oleh karena itu sungguh jelas bahwa saat ini kita sedang diserang dengan sesuatu yang bukan hanya merusak tubuh, tapi juga iman.

Esoknya, Raka mendatangi ustaznya, seorang alim yang sering ia jadikan tempat bertanya, “Ustaz, mengapa narkoba terus masuk ke negeri kita, padahal aparat sudah menangkap dan menghukum para pelakunya? Bahkan, ancaman mati sekalipun ternyata tetap tidak membuat mereka jera. Apakah masalah ini tidak akan pernah selesai?”

Sang ustaz menarik napas panjang, lalu menjawab dengan suara mantap, “Raka, masalah narkoba ini ibarat akar yang dalam. Para pelaku yang ditangkap bukanlah aktor utama. Ada jaringan besar yang bermain. Ada kartel yang menguasai jalur laut dan udara. Selama sistem hukum hanya menyentuh kulit, selama hukuman hanya menjadi ancaman di atas kertas maka lingkaran setan itu tidak akan pernah putus.”

Raka terdiam. Kata-kata itu menohok batinnya.

“Jadi, hukuman seumur hidup atau mati pun tidak cukup?” Tanya Raka lagi agak ragu.

“Tidak, Nak,” jawab sang ustaz, “Karena hukuman itu berdiri di atas sistem yang pincang. Selama negara masih membuka celah perdagangan internasional tanpa penjagaan yang kokoh, narkoba akan terus lolos. Sementara para bandar besar tetap aman, hanya kaki tangan yang ditumbalkan,” jawan sang ustaz.

Cahaya dari Islam

Raka menunduk. Air matanya menetes ketika ustaz itu melanjutkan penjelasan.

“Ketahuilah, Islam bukan hanya agama ritual. Islam adalah sistem hidup yang sempurna. Rasulullah saw. bersabda, ‘Rasulullah melarang setiap zat yang memabukkan dan menenangkan (mufattir).’ (H.R. Abu Dawud dan Ahmad).”

“Para ulama seperti Ibnu Taymiyah dan ash-Shan’ani telah menegaskan keharamannya. Dalam Islam, narkoba tidak dianggap sebagai barang ekonomi, tidak boleh diproduksi, tidak boleh didistribusikan, apalagi dikonsumsi.”

“Lalu, bagaimana Islam menindak pelaku narkoba, Ustaz?” Tanya Raka dengan mata berbinar.

“Dalam sistem Islam,” jawab ustaznya, “Setiap bentuk narkoba dianggap jarimah. Hukumannya takzir, bisa berupa cambuk, denda, penjara, hingga hukuman mati, tergantung dampak dan bahayanya bagi masyarakat. Tujuannya bukan sekadar menghukum, tapi mencegah agar orang lain tidak berani mengulanginya, sekaligus menebus dosa pelaku di hadapan Allah.”

“Namun lebih dari itu,” lanjut sang ustaz, “Sistem Islam menjaga setiap jalur perdagangan internasional dengan pengawasan ketat. Tidak ada kompromi terhadap barang haram. Aparat yang dipilih adalah orang-orang amanah dan bertakwa, bukan mereka yang mudah dibeli.”

“Pendidikan Islam juga ditegakkan untuk membentuk generasi yang memahami bahwa narkoba adalah dosa besar. Maka perlawanan terhadap narkoba bukan hanya dengan senjata, tetapi juga dengan iman.”

 

Raka terdiam lama. Ia membayangkan jika negeri ini benar-benar menerapkan syariat Islam secara kafah, betapa kokohnya benteng pertahanan umat dari racun dunia.

“Berarti solusi sesungguhnya bukan sekadar penangkapan dan penjara ya, Ustaz,” kata Raka lirih, “Tapi kembali pada Islam, risalah yang Allah Swt. turunkan untuk menuntun kita.”

Sang ustaz tersenyum, “Benar, Nak. Selama kita hanya mengandalkan hukum buatan manusia, masalah ini akan terus berulang. Tetapi jika Islam ditegakkan secara kafah, maka keadilan dan ketegasan akan menyelamatkan generasi dari kehancuran.”

Malam itu, Raka kembali pulang. Ia memandang langit yang bertabur bintang. Dalam hatinya ia berdoa, ya Allah, jangan biarkan bangsa ini hancur karena racun narkoba. Bangkitkanlah pemimpin yang menegakkan hukum-Mu, agar generasi kami selamat di dunia dan akhirat.

Air mata Raka menetes, tetapi hatinya mulai dipenuhi harapan. Ia yakin, kegelapan Segitiga Emas hanya bisa dipatahkan oleh cahaya emas Islam.

***

Judul: Jejak Hitam Segitiga Emas dan Cahaya Penyelamat
Penulis: Ummu Fahhala, S. Pd., Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *