Geliat Wisata di Kampung Adat Cireundeu
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom Opini, Minggu, 19 Januari 2025 – Artikel berjudul “Geliat Wisata di Kampung Adat Cireundeu” ini merupakan sebuah feature karya Sony Vespa, seorang pegiat wisata di Kota Cimahi. Selain menjalankan bisnis dalam bidang handycraft, pria bernama lengkap Sony Sanjaya ini juga merupakan pegiat seni dan budaya di Kota Cimahi.
Kampung Adat Cireundeu merupakan satu-satunya kampung adat yang ada di Kota Cimahi. Keunikan masyarakatnya yang memegang teguh budaya Sunda Serta menjadikan singkong sebagai bahan makanan pokok berpadu dengan suasana asri khas pedesaan membuat tempat ini menjadi tujuan wisata unggulan Kota Cimahi, apalagi letaknya yang tidak terlalu jauh dari Gerbang Tol Baros sehingga hal ini menjadi keunggulan tersendiri bagi objek wisata tersebut.
Selain wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun kerap berkunjung ke Cireundeu. Pada 11 Januari 2025 yang lalu, serombongan turis yang merupakan praktisi hukum dari berbagai negara berkunjung ke Cireundeu. Mereka hadir sebagai peserta International Course on Legal Prularism yang di prakarsai oleh Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
Sebanyak 30 peserta dari mancanegara, seperti Amerika, Australia, India, Vietnam, dan Afrika, serta 20 peserta dari Fakultas Hukum se Indonesia. Mereka hadir pada pukul 10.00 WIB pagi dan langsung disambut hangat oleh pengelola Kampung Adat Cireunde dengan tampilan Angklung Buncis.
Rina Yulianti, Dosen Fakultas Hukum Universitas Trunojoyo Madura yang merupakan salah satu peserta menuturkan bahwa tujuan dari kunjungan ini untuk meneliti keanekaragaman hukum adat yang ada di kampung adat khususnya Kampung Adat Cireundeu.
“Seperti kita ketahui, selain hukum undang-undang dan hukum agama, hukum adat pun ada di masyarakat. Kita di sini meneliti bagaimana hukum adat itu berkembang dan berinteraksi di berbagai negara,” ujar Rina.
Selain menyimak berbagai paparan, para peserta pun mengikuti workshop Angklung Buncis, paket wisata ke kebun singkong dan mempelajari proses pembuatan Rasi (beras singkong).
Ada hal unik hari itu, Bahar Malaka yang akrab disapa Kang Bahar, seorang maestro perupa asal Kota Cimahi yang baru-baru ini mendapat penghargaan Anugerah Budaya Kota Cimahi 2024 ikut hadir dan memajangkan tiga buah karya lukisnya di sana.
Beberapa praktisi hukum yang hadir di sana tampak ikut menikmati karya lukisan Kang Bahar sambil berdiskusi tentang lukisan yang dipamerkan. Tiga lukisan yang dipajang di sana berjudul “Tiger Spirit”, “Deru Debu” dan “Elegi untuk Ibu Pertiwi” yang disajikan secara apik dengan deskripsi puitis tentang isi lukisannya.
“Saat pohon terakhir ditebang, saat tetes air terakhir tertumpah, saat itulah manusia sadar, ketamakan takkan bisa membeli hidup” – Elegi buat Ibu Pertiwi.
Teks di atas ditulis di samping salah satu lukisan yang cukup banyak mendapat perhatian pengunjung.
Di sela-sela kegiatan, para peserta International course on Legal Pluralism berbelanja oleh-oleh makanan dan cinderamata.
Seorang peserta dari Amerika Serikat tampak antusias memilih dan membeli cinderamata dari bahan alami dan daur ulang, sementara seorang peserta lainnya dari Italia tampak takjub saat melihat sebuah motor vespa antik produksi negaranya, lalu mencoba menyalakan dan akhirnya berfoto di atas vespa tua itu.
“Di negara saya, vespa tua seperti ini sudah langka dan harganya pun mahal,” ujarnya, “Italian Pride,” teriaknya bangga sambil mengacungkan kepalan tangannya.
Kira-kira pukul 17.00 WIB para peserta meninggalkan Kampung Adat Cireundeu. (Sony Vespa).
***
Judul: Geliat Wisata di Kampung Adat Cireundeu
Penulis: Sony Sanjaya alias Sony Vespa
Editor: JHK