Rahasia Umur Panjang Jimmy Carter: Mirip dengan Kisah Pengalaman Hidup Saya
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Artikel berjudul “Rahasia Umur Panjang Jimmy Carter: Mirip dengan Kisah Pengalaman Hidup Saya” ini ditulis oleh Marie Sumarni, Bc.AP., S.E., pensiunan PT Pos Indonesia dan Pendiri sekaligus Pengurus Koperasi Jasa Karyawan & Pensiunan Pos Indonesia Merpati Jaya Mandiri (MJM) Tingkat Nasional.
Beberapa hari lalu saya membaca sebuah artikel berjudul “6 Rahasia Umur Panjang Jimmy Carter, Eks Presiden AS yang Berusia 100 Tahun”. Jimmy Carter adalah mantan Presiden Amerika Serikat ke-39 yang lahir pada 1 Oktober 1924. Beliau baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-100 pada 1 Oktober 2024 dan menjadi presiden AS pertama yang mencapai usia satu abad.
Selain kehebatan Jimmy Carter yang berhasil meraih prestasi puncak sebagai Presiden Amerika Serikat ke-39, umur panjang beliau juga telah menarik perhatian banyak orang yang ingin mengetahui rahasia di balik kehidupannya yang sehat dan penuh makna.
Menurut artikel tersebut, rahasia umur panjang bukanlah misteri sepenuhnya. Gaya hidup, pola pikir, dan kebiasaan yang diterapkan oleh Jimmy Carter sepanjang hidupnya sangat berperan dalam menentukan kualitas dan durasi kehidupan seseorang. Beliau menunjukkan bahwa usia panjang bukan hanya soal keberuntungan, tetapi juga kombinasi dari gaya hidup sehat, tujuan hidup yang jelas, dan kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup dengan sikap tangguh.
Ternyata ada enam rahasia yang diungkap dalam tulisan tersebut mungkin berkontribusi pada umur panjang Jimmy Carter. Bahkan, rahasia ini kecil ini bukan hanya bisa diterapakan olehnya, tetapi juga dapat dijadikan inspirasi oleh orang lain yang ingin menjalani hidup sehat dan bermakna.
Apakah enam rahasia itu? Pertama, memiliki tujuan hidup yang kuat; Kedua, selalu mencari tantangan baru; Ketiga, menjalin ikatan keluarga yang kuat; Keempat, melakukan olahraga secara teratur; Kelima, kepribadian yang ramah dan terbuka, dan; Keenam, memiliki sifat tangguh.
Apa yang dilakukan oleh Jimmy Carter selama hidupnya ternyata ada kemiripan dengan pengalaman saya pribadi. Selama masih berdinas di PT Pos Indonesia, saya sering olahraga dengan bermain golf. Kegiatan ini merupakan sarana untuk bertemu dengan mitra bisnis sebagai entertaint sehingga saat itu pendapatan unit yang saya pimpin berhasil meraih nomor satu.
Setelah pensiun, saya sering berolahraga jalan kaki karena murah. Sehari saya bisa berjalan minimal sekitar 2000 langkah di seputaran dilingkungan perumahan tempat saya tinggal. Kegiatan sederhana ini selalu saya lakukan secara rutin karena abgi saya ini sangat menyehatkan
Saya juga sering melakukan kegiatan sosial dan selalu ingin membantu orang lain. Saya teringat pesan ayah saya, kalau ada orang yang minta bantuan harus bersyukur karena di diri saya ada yang tidak punya. Kalau membantu harus sampai titik agar ada kepuasan dan merasa bahagia.
Selain itu, saya suka bersedekah, terutama sejak berbergaul dengan ESQ, Ary Ginanjar bercerita tentang perjuangannya membangun Gedung 165. Dengan kemampuan keuangan saat itu, rasanya tidak mungkin bisa. Namun, pesan ayahnya, Insyaa Allah bisa.
Saat itu ayahnya Ary Ginanjar berpesan, doakansemua orang yang bertemu denganmu. Ketemu tukang dagang , doakan agar laris sehingga bisa bawa uang untuk anak istrinya.
Ketemu sopir angkot, doakan agar penumpangnya banyak sehingga bawa uang banyak. Orang lewat, doakan semoga Allah SWT memberi mereka kesehatan, diluaskan rezekinya, dan dilancarkan semua urusannya. Mendoakan orang tanpa sepengetahuan orang yang kita doakan lebih baik di mata Allah.
Kalau pesan ayah saya, beda lagi, tapi hakikatnya sama. Doakan semua orang yang terlibat dalam pekerjaan, baik itu atasan, bawahan, teman sejawat, dan mitra-mita usaha yang bertalian dengan tugas/jabatan.
Setelah tahu dari pengalaman ESQ 165, doa saya dua-duanya diterapkan, baik dari pesan orang tua Ary Ginanjar maupun pesan dari orang tua saya.
Tujuan hidup. Sebaik baik manusia adalah orang yang memberi manfaat kepada orang lain. Sejak pensiun saya punya tujuan memberi manfaat kepada orang-orang di lingkungan saya, seperti keluarga sendiri, karyawan dan pensiunan PT Pos Indonesia, serta komunitas di aman saya berada.
Di lingkungan keluarga, saya bisa bantu keponakan dari Tasikmalaya (pihak saya) maupun dari Banjar (pihak suami) yang sudah lulus SMA saya suruh ke Bandung untuk tinggal di rumah. AdA yang dibantu pendidikan sampai dapat kerja. Alhamdulillah sekarang mereka sudah berhasil. Bahkan, ada yang paling tinggi pendidikannya dari keluarga suami, sudah menyelesaikan pendidikan S3-nya di luar negeri.
Saya termasuk orang workholic dan perfect sehingga saya suka pesan kepada siapa pun agar kebiasaan saya jangan diikuti. Dulu saya kerja toh–tohan (bahasa Sunda: artinya berusaha sekuat tenaga, tidak memandang risiko) karena saat itu saya satu-satunya lulusan Akademi Postel tahun 1967 yang ditugaskan di Kantor Pusat sehingga atasan saya menuntut agar kinerja saya baik.
Boleh dibilang, prioritas pekerjaan kantor saya 75% sedangkan untuk keluarga cuma 25%. Sampai anak saya protes karena sering ditinggal dinas keluar kota (Dinas Dalam Negeri (DN)/ Luar Negeri (LN)). Kalau suami karena sudah ikrar sebelum nikah, izin saya berkarir karena untuk mencapai ini perlu perjuangan. Namun, syaratnya tetap bersatu di Bandung.
Buktinya, ketika saya mendapat tugas dari direksi PT Pos Indonesia untuk menjadi Kepala Wilayah VII Sulawesi yang membawahi lima provinsi pada tahun 1990, tapi tawaran itu saya tolak karena prinsip saya tetap harus berada di Bandung.
Sifat saya pekerja keras dan perfect. Kepada saudara-saudara saya berpesan agar jangan seperti saya. Bekerja sesuai tugas tanggung jawab saja. Jika waktu bekerja selesai, ya pulang saja walaupun pekerjaan belum selesai karena kalau sakit, ya kita sendiri yang akan merasakannya, perusahaan mah banyak yang mikirin (kalau perusahaan waktu saya masih masih dinas, fasilitas pelayanan kesehatan bagi karyawan bagus).
***
Judul: Rahasia Umur Panjang Jimmy Carter: Mirip dengan Kisah Pengalaman Hidup Saya
Penulis: Marie Sumarni, Bc.AP., S.E.
Editor: JHK
Sekilas Penulis
Wanita bernama Marie Sumarni, Bc.AP., S.E., ini merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perjalanan PT Pos Indonesia. Ia beragama Islam dan lahir di Kabupaten Tasikmalaya, pada 09 Maret 1945.
Pendidikan dasar dan menengah Marie ditempuh di Kota Garut. Ia pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri dan lulus 1958. Lalu melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Garut dan lulus 1961. Kemudian masuk ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Garut dan lulus 1964.
Pendidikan tinggi yang pernah diikuti Marie di antaranya adalah Financial Management, Prasetya Mulya Jakarta; STAN; Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Nusanatara (UNINUS) Bandung, dan; Akademi Postel Jurusan Administrasi Pos & Giro (lulus 1967)
Selama berkarir di PT Pos Indonesia, Marie pernah menjabat sebagai Asisten Manager di Direktorat operasi, Manager Treasury DN/LN di Direktorat keuangan, Pimpinan proyek, Staf ahli PT Pos Indonesia, dan Kepala Wilayah Usaha Pos V Jawa Barat.
Saat ini Marie tinggal di Jln. Sedap Malam No. 30, Adipura 2, Kota Bandung 40287. Ia bisa dihubungi melalui E-mail: Sumarnimarie02@gmail.com atau melalui Handphone: 0812-2270-7848.
***
Pingback: Uang dan Rasa Malu - Beritajabar