Kuala Lumpur dan Mimpi yang Menjadi Nyata
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI/ARTIKEL/FEATURE, Minggu (08/09/2024) – Artikel berjudul “Kuala Lumpur dan Mimpi yang Menjadi Nyata” ini adalah karya Didin Kamayana Tulus yang merupakan seorang penulis, penggiat buku, dan kini tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.
Suatu pagi yang cerah di Kuala Lumpur, saya melangkahkan kaki ke dalam gedung megah ─ tempat acara sastra internasional diadakan. Hati saya berdebar penuh antisipasi, seolah-olah saya baru saja memasuki sebuah arena di mana impian dan kenyataan bertemu.
Gedung itu terlihat begitu indah dengan arsitektur yang menakjubkan dan ornamen yang mencerminkan kekayaan budaya Malaysia. Tempat ini menjadi saksi bisu perjalanan saya dalam dunia sastra.
Acara tersebut adalah pertemuan tahunan yang mengundang penulis dan penggemar sastra dari berbagai belahan dunia. Saya merasakan getaran semangat di udara, sebuah energi yang menghidupkan setiap sudut ruangan.
Setiap meja pameran dipenuhi dengan buku-buku dari berbagai genre, sementara podium utama dihiasi dengan bunga segar dan lampu sorot yang siap menyambut para pembicara.
Baca juga tulisan Didin Kamayana Tulus di Berita Jabar News: Memori 29 Januari 2018: Catatan Perjalanan ke Kuala Lumpur
Hal yang paling saya nantikan adalah kesempatan untuk bertemu dengan Dato Kemala atau Ahmad Khamal Abdullah ─ adalah seorang penyair, novelis, dramawan, kritikus sastra Malaysia yang menulis dalam bahasa Melayu. Sebagai seorang Satrawan Negara Malaysia, karyanya telah diakui secara internasional dan menjadi inspirasi bagi banyak penulis, termasuk saya.
Dato Kemala, dengan ketenangan dan kebijaksanaannya, memancarkan aura yang penuh kehangatan. Pertemuan dengan beliau bukan hanya sekadar berjumpa dengan seorang penulis terkemuka, tetapi juga menyentuh jiwa dan pikiran saya secara mendalam.
Saat acara dimulai, saya duduk di bangku yang tidak jauh dari podium. Dato Kemala diundang untuk memberikan pidato utama, dan saat beliau mulai berbicara, suasana hening dan penuh perhatian menyelimuti ruangan. Kata-katanya yang penuh dengan filosofi dan refleksi mendalam, mengalir dengan lembut namun kuat.
Dato Kemala berbicara tentang kekuatan kata-kata dan bagaimana sastra dapat menjembatani berbagai budaya dan zaman. Setiap kalimatnya adalah pelajaran berharga tentang dedikasi dan cinta terhadap karya sastra.
Setelah pidato, saya berkesempatan untuk berinteraksi langsung dengan Dato Kemala dalam sesi tanda tangan buku. Saat giliran saya tiba, saya menyapa beliau dengan penuh rasa hormat. Sastrawan ternama Malaysia itu pun menanggapi dengan senyuman tulus dan mendengarkan dengan seksama ketika saya mengungkapkan kekaguman saya terhadap karya-karyanya.
Saya juga berbagi sedikit tentang perjalanan saya sebagai penulis dan bagaimana pertemuan ini sangat berarti bagi saya. Dalam percakapan singkat tersebut, saya merasa seolah-olah ada sebuah jembatan yang terbentuk antara kami, meskipun perbedaan latar belakang dan pengalaman.
Dato Kemala dengan rendah hati memberikan beberapa nasihat berharga. Hal tersebut membuat saya semakin termotivasi untuk terus berkarya dan mengejar mimpi saya di dunia sastra.
Acara tersebut berlanjut dengan berbagai diskusi panel dan sesi pembacaan puisi yang penuh warna. Setiap momen adalah peneguhan bagi saya bahwa sastra adalah bahasa universal yang menghubungkan kita semua. Pengalaman ini membuka mata saya terhadap berbagai perspektif baru dan memberikan dorongan yang kuat untuk memperdalam karya-karya saya sendiri.
Ketika acara selesai, saya meninggalkan gedung dengan hati yang penuh dan pikiran yang penuh inspirasi. Pertemuan dengan Dato Kemala dan penulis-penulis lainnya tidak hanya memperkaya pengetahuan saya tentang sastra, tetapi juga memberi saya kepercayaan diri untuk terus menulis dan berbagi cerita dengan dunia.
Mimpi saya untuk menjadi bagian dari komunitas sastra global telah menjadi kenyataan. Tentu saja pengalaman ini menjadi batu loncatan yang selalu memandu langkah saya ke depan. (Didin K.T.).
***
Judul: Kuala Lumpur dan Mimpi yang Menjadi Nyata
Penulis: Didin Kamayana Tulus, Penggiat Buku tinggal di Kota Cimahi.
Editor: JHK