ArtikelBerita Jabar NewsInspiratifPSikologi

Katarsis di Bawah Bayang

BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI/ARTIKEL, Utrecht, Belanda, Senin (19/08/2024) – Artikel berjudul “Katarsis di Bawah Bayang” ini merupakan potongan buku karya Citra Nilakresna Dewi, seorang mahasiswa yang kini sedang mengejar gelar Master dalam Pengembangan Bisnis dan Kewirausahaan dengan fokus pada Penelitian Sains Terapan (Master’s degree in Business Development and Entrepreneurship with a focus on Applied Science Research) di Universitas Utrecht (Universiteit Utrecht), Belanda.

Ada masa ketika segalanya terasa runtuh, saat kegagalan bukan lagi sebuah kemungkinan yang samar, tetapi kenyataan yang menyakitkan. Kegelapan menyelimuti, seolah tak ada jalan keluar yang terlihat. Setiap hari menjadi perjuangan untuk bangkit, untuk menghadapi kenyataan bahwa apa yang diusahakan dengan sepenuh hati kini berakhir dalam kehancuran.

Kegagalan datang tiba-tiba, menghancurkan segala rencana dan impian yang telah dibangun dengan hati-hati. Pada awalnya, ada usaha untuk menolak, menyangkal bahwa ini adalah akhirnya. Namun, semakin keras melawan, semakin dalam terperosok ke dalam perasaan putus asa.

Ilustrasi katarsis
Ilustrasi: Seorang yang sedang menyendiri untuk menghilangkan rasa penatnya dari berbagai masalah yang ada di dunia ini – (Sumber: Arie/BJN)

Rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu, membentuk simpul emosi yang sulit diurai. Pertanyaan-pertanyaan terus bermunculan, “Bagaimana bisa? Apa yang salah? Kenapa ini terjadi?”

Hari-hari terasa panjang dan berat. Jawaban dicari, setiap langkah diputar ulang, berharap menemukan di mana titik kesalahan terjadi. Namun, semakin mencari, semakin terjebak dalam pusaran penyesalan. Pikiran-pikiran negatif menguasai, membisikkan bahwa diri ini tidak cukup baik, bahwa mungkin memang ditakdirkan untuk gagal.

Namun, waktu yang terus bergulir membawa perubahan. Mungkin karena lelah berjuang melawan arus, atau mungkin karena akhirnya menerima bahwa kegagalan adalah bagian dari perjalanan.

Perlahan-lahan, kegagalan itu mulai dilihat dengan cara yang berbeda. Bukan lagi sebagai sesuatu yang harus dilawan, tetapi sebagai sesuatu yang harus dipahami.

Ilustrasi katarsis
Ilustrasi: seseorang yang sedang membebaskan diri dari segala rasa sakit – (Sumber: Arie/BJN)

Kegagalan ini bukanlah akhir dari segalanya, tetapi sebuah titik dalam perjalanan yang lebih luas. Membiarkan diri merasakan setiap emosi yang datang—rasa sakit, kecewa, marah—tidak lagi ditolak, tetapi diterima dengan lapang dada.

Merasakan semua itu, tanpa menekan atau menyembunyikannya, memberikan ruang untuk sembuh. Ada istilah “catharsis“, sebuah pelepasan emosi yang mendalam yang membawa kelegaan. Dalam proses inilah catharsis ditemukan. Perlahan, mulai ada pemahaman bahwa memaafkan situasi, memaafkan diri atas kesalahan yang mungkin telah dilakukan adalah langkah penting menuju pemulihan.

Memaafkan bukanlah hal yang mudah. Itu membutuhkan keberanian untuk melihat diri yang sebenarnya—dengan segala kekurangan dan kelemahannya. Namun, di situlah kekuatan ditemukan. Kekuatan untuk menerima ketidaksempurnaan sebagai bagian dari diri yang harus diterima sepenuhnya.

Seiring dengan memaafkan, datanglah pelepasan. Melepaskan harapan-harapan yang tidak terpenuhi. Melepaskan rasa sakit yang telah lama disimpan.

Kegagalan tidak lagi dilihat sebagai musuh, tetapi sebagai guru. Ada sebuah “epiphany“, momen pencerahan mendalam, ketika kegagalan ini mengajarkan tentang ketahanan, ketabahan, dan tentang bagaimana bangkit kembali setelah jatuh.

Akhirnya, kegagalan dipeluk, bukan sebagai tanda kelemahan, tetapi sebagai bukti bahwa sesuatu yang sulit telah dilalui dan berhasil diatasi. Berdamai dengan kegagalan, menerima bahwa itu adalah bagian dari perjalanan, bagian dari diri.

Citra Nilakresna Dewi
Citra Nilakresna Dewi, penulis dengan latar belakang Universitas Utrecht, Belanda – (Sumber: Arie/BJN)

Proses ini membawa kedamaian yang tidak pernah diduga akan ditemukan. Kegagalan yang pernah begitu menakutkan, kini menjadi titik balik dalam hidup—membawa pada pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri, tentang perjalanan hidup, dan tentang apa artinya benar-benar tumbuh dan berkembang.

Masa-masa gelap itu kini tidak lagi menimbulkan rasa takut atau marah. Sebaliknya, ada rasa syukur. Syukur karena kegagalan itu membawa pada tempat di mana diri ini bisa benar-benar memahami dan menghargai diri sendiri.

Ke depan, setiap kegagalan yang datang akan selalu menjadi peluang untuk belajar, untuk tumbuh, dan untuk menemukan kekuatan yang lebih besar dalam diri. (Citra N.D.).

***

Sekilas tentang Penulis:

Citra Nilakresna Dewi, seorang gadis berusia 27 tahun yang saat ini sedang menempuh pendidikan S2 Business Development & Entrepreneurship di Utrecht University, Belanda. Ia memiliki hobi menulis, melukis, fotografi, musik, membaca, traveling, aktivitas sosial (positive impact), olahraga, dan refleksi diri.

Dunia bisnis bukanlah minat utama Citra sejak awal. Ia menemukan bahwa bidang ini menawarkan alat dan wawasan yang sangat berharga untuk mendukung hobi-hobi kreatifnya, seperti menulis, melukis, fotografi, dan musik. Oleh sebab itu, disela kesibukannya menuntut ilmu, ia sempatkan pula membangun bisnisnya dalam bidang pelatihan sumber daya manusia yang bernama Successshive

Citra Nilakresna Dewi
Citra Nilakresna Dewi, penulis -(Sumber: Arie/BJN)

Seiring berjalannya waktu, Citra mulai melihat bagaimana bisnis dapat menjadi landasan yang kuat untuk mewujudkan setiap aspirasinya, serta membantu memadukan kecintaannya pada seni dengan strategi yang lebih terstruktur.

Sebagai seorang penulis freelance, Citra menerapkan prinsip-prinsip bisnis yang telah dipelajarinya untuk memperkuat karya-karyanya. Dengan menggabungkan pendekatan analitis dari dunia bisnis dengan kecintaannya pada seni menulis, ia menemukan keseimbangan yang memungkinkannya bekerja lebih efisien sambil tetap menikmati setiap prosesnya.

Citra percaya bahwa setiap individu memiliki lebih dari satu keahlian dan keahlian-keahlian tersebut sering kali saling melengkapi dan memperkaya. Baginya, bisnis telah menjadi pendukung utama yang memungkinkan ia dapat mengekspresikan kreativitasnya secara lebih mendalam dan luas. Melalui hal inilah ia memberanikan diri untuk membagikan segelintir demi segelintir tulisan yang dibuatnya, berdasarkan pengalaman pribadi dan kompilasi pengalaman orang-orang yang telah ditemuinya.

Setiap pengalaman tersebut membawa pelajaran berharga dan Citra merasa bangga kepada mereka yang terus berjuang, serta mereka yang memberanikan diri untuk bangkit kembali, meski secara perlahan.

Bagi Citra, meski perjalanan ini masih panjang dan penuh tantangan, ia selalu menikmati setiap langkah yang ditempuhnya—dari pengalaman yang paling pahit hingga yang paling manis—dan terus belajar untuk menghargai setiap momen dalam proses ini.

***

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *