Mengutamakan Stabilitas dan Kredibilitas: Refleksi atas Pergantian Menteri Keuangan
BERITA JABAR NEWS (BJN) – Kolom OPINI, Selasa (09/09/2025) – Artikel berjudul “Mengutamakan Stabilitas dan Kredibilitas: Refleksi atas Pergantian Menteri Keuangan” ini ditulis oleh Fuadi yang sehari-harinya bekerja sebagai dosen Universitas Pamulang (UNPAM), Serang, Provinsi Banten.
Pernyataan senior ekonom INDEF, Fadhil Hasan, mengenai penggantian Menteri Keuangan Sri Mulyani oleh Presiden Prabowo layak menjadi perhatian serius bagi seluruh elemen bangsa. Ini bukan sekadar soal rotasi jabatan biasa, melainkan sebuah keputusan strategis yang akan menentukan arah perekonomian Indonesia dalam lima tahun ke depan. Dalam konteks ini, kita harus berpikir jernih dan mengedepankan kepentingan nasional yang lebih besar.

Pertama, kita harus mengakui dengan legowo kontribusi luar biasa Sri Mulyani. Reputasinya yang world-class dan diakui oleh lembaga internasional serta pelaku pasar global merupakan asset berharga bagi Indonesia.
Di bawah kepemimpinan Sri Mulyani, kebijakan fiskal Indonesia dikenal prudent (hati-hati) dan berkelanjutan sehingga menjadi fondasi utama kepercayaan investor. Mencabut “jaminan” kredibilitas ini dalam situasi ekonomi global yang masih penuh ketidakpastian adalah sebuah langkah berisiko tinggi. Presiden Prabowo harus menyadari bahwa kepercayaan pasar itu mudah luntur tetapi sangat sulit dibangun kembali.
Kedua, kritik Fadhil bahwa Sri Mulyani dalam beberapa tahun terakhir mulai melakukan akomodasi berlebihan yang menurunkan kredibilitas fiskal justru harus menjadi pelajaran berharga. Pergantian menteri ini seharusnya bukan tentang menghapus warisan Sri Mulyani, melainkan tentang mengoreksi dan memperkuatnya.

Menteri Keuangan baru harus memiliki kemandirian dan keberanian untuk mengatakan “tidak” terhadap kebijakan populis yang fiskalnya tidak sehat dan membebani utang publik dalam jangka panjang. Tugas utama beliau adalah menjaga kesehatan negeri ini, bukan hanya memuaskan hasrat politik jangka pendek.
Ketiga, Presiden Prabowo harus secara tegas mencegah narasi bahwa pergantian ini adalah bentuk “balas dendam” atau terkait peristiwa penjarahan rumah Sri Mulyani. Narasi seperti itu beracun dan sangat merusak. Jika publik dan pasar memercayainya, yang terjadi bukan hanya krisis kepercayaan, tetapi bisa berujung pada gejolak ekonomi yang nyata. Presiden perlu memberikan penjelasan yang rasional dan visioner atas penunjukan ini, yang berfokus pada kompetensi dan rencana kerja ke depan, bukan pada masa lalu.
Terakhir, mengenai figur Purbaya Yudhi Sadewa. Meskipun dikenal sebagai ekonom yang kompeten, pengalaman langsungnya dalam mengelola APBN, utang, dan instrumen fiskal lainnya memang patut dipertanyakan.
Kementerian Keuangan adalah mesin yang sangat kompleks dan rumit. Memimpinnya membutuhkan seseorang yang bukan hanya paham teori, tetapi juga telah “menginjak lantai” dan memahami seluk-beluk teknis operasionalnya.
Figur seperti Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara yang telah menghabiskan kariernya di dunia fiskal, secara objektif tentu memiliki curve learning yang lebih pendek dan kebijakannya dapat lebih pasti.
Sebagai bangsa, kita harus bersikap:

Kritis tetapi Mendukung: Kita harus mengkritisi proses dan pertimbangan di balik keputusan strategis ini. Namun, setelah keputusan final diambil, kita juga harus memberikan kesempatan kepada Menteri Keuangan baru untuk bekerja dan membuktikan kapasitasnya.
Mengawal Prinsip Fiskal yang Sehat: Masyarakat, termasuk para pengamat ekonomi dan DPR, harus menjadi pengawas yang ketat. Kita harus menolak segala bentuk kebijakan yang menggerogoti stabilitas fiskal dan membebani anak cucu dengan utang yang tidak produktif.
Mengedepankan Kepentingan Nasional: Presiden Prabowo harus menempatkan kepentingan bangsa di atas segalanya. Stabilitas ekonomi, kepercayaan investor, dan keberlanjutan fiskal adalah pilar yang tidak boleh dikorbankan untuk kepentingan politik mana pun.
Kita berharap keputusan ini adalah yang terbaik untuk Indonesia. Namun, harapan saja tidak cukup. Dibutuhkan transparansi, kompetensi, dan komitmen yang kuat dari pemerintah baru untuk membangun ekonomi yang tidak hanya tumbuh, tetapi juga berkualitas, inklusif, dan berkelanjutan untuk kebaikan seluruh rakyat Indonesia. (Fuadi)
***
Judul: Mengutamakan Stabilitas dan Kredibilitas: Refleksi atas Pergantian Menteri Keuangan
Penulis: Fuadi
Editor: JHK
