ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpini

Bayang di Balik Asap: Kisah Senyap Perang Melawan Sinte di Tanah Pasundan

BERITA JABAR NEWS (BJN), Kolom OPINI/ARTIKEL/FEATURE, Jumat (08/08/2025) – Artikel berjudul “Bayang di Balik Asap: Kisah Senyap Perang Melawan Sinte di Tanah Pasundanmerupakan karya tulis Ummu Fahhala, S. Pd., seorang Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi yang tinggal di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Hujan baru saja berhenti di Desa Sukamenak, Bandung. Di sebuah rumah kontrakan, suasana mencekam ketika ketukan keras terdengar di pintu.

“Tok! Tok! Tok!”

“Polisi! Buka pintunya!” Terdengar suara tegas memecah keheningan.

Ummu Pahhala
Ummu Pahhala, Penulis – (Sumber: Koleksi pribadi)

DF (26), seorang mahasiswa, terdiam. Cairan kental dalam botol kecil di tangannya, sinte liquid seakan menatapnya kembali, mengingatkan pada perjalanan salah arah yang ia pilih. Ia belajar meraciknya dari media sosial, lalu menjualnya dengan sistem “mapping” titik serah yang rapi. Tidak ada tatap muka, hanya koordinat. Semua terasa aman, sampai hari itu.

Pengumuman resmi menyebar cepat. Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol. Hendra Rochmawan, mengatakan, “Dari Januari hingga Juli 2025, kami berhasil menyelamatkan 16.465 jiwa dari bahaya narkoba.”

Barang bukti yang disita luar biasa: sabu 8,3 kg, ganja 5,8 kg, sinte 6,8 kg, psikotropika, dan jutaan butir obat keras. Namun, beliau juga tahu, angka itu hanyalah puncak gunung es. Di kafe-kafe, di lorong sekolah, di balik layar ponsel, ancaman terus mengintai.

Di sebuah masjid kecil di Cimahi, seorang ustaz muda mengumpulkan remaja dalam kajian ba’da Magrib, “Anak-anak,” ucapnya sambil menatap wajah mereka satu per satu, “Kalian tahu apa itu sinte?”

Beberapa menggeleng, beberapa tersenyum malu.

“Itu bukan sekadar asap vape biasa. Itu racun yang merusak otak, merampas masa depan, dan meruntuhkan iman,” ujar ustaz sambil membuka mushaf.

Kemudian ustaz itu membacakan sebuah ayat dari kitab suci Al-Quran yang artinya, “… Dia menghalalkan yang baik dan mengharamkan yang buruk.” (Q.S. Al-A’raf: 157). Lalu ayat yang lain, “Allah melarang kita menjatuhkan diri dalam kebinasaan.” (Q.S. Al-Baqarah: 195).

Ustaz itu melanjutkan, “Rasulullah saw. bersabda: ‘Setiap yang memabukkan dan melemahkan akal adalah haram.’”

Beberapa remaja tertegun. Mereka jarang mendengar penjelasan yang begitu lugas. Islam memberikan solusi menyeluruh, bukan hanya larangan, tetapi sistem yang melindungi dari segala sisi.

Menurut ustaz itu, langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut harus melibatkan kerja sama semua pihak, yakni keluarga, masyarakat, dan negara dengan melakukan:

Pertama, pencegahan melalui pendidikan iman dan akhlak sejak dini, dengan mengajarkan anak dari sejak kecil bahwa tubuh dan akal adalah amanah dari Allah. Keluarga menjadi benteng pertama dengan membiasakan zikir, salat, dan membaca Al-Quran. Sekolah menanamkan pelajaran fiqih muamalah terkait bahaya khamar dan narkoba.

Kedua, sanksi tegas yang memberi efek jera. Dalam sejarah Khulafaur Rasyidin, pelaku yang merusak masyarakat dikenai ta’zir (hukuman yang ditentukan penguasa) untuk melindungi umat. Hukum dijalankan tanpa pandang bulu, tetapi tetap dengan asas keadilan. Produsen dan pengedar diputus aksesnya untuk mengulangi perbuatan.

Ketiga, pengawasan dan kontrol media digital. Negara bertanggung jawab menutup akses konten yang mengajarkan pembuatan narkoba. Masyarakat dilibatkan sebagai “mata dan telinga” yang melaporkan akun-akun penyebar racun moral ini.

Keempat, rehabilitasi dengan pendekatan ruhiyah dan psikologis. Pecandu yang ingin tobat diberi kesempatan untuk kembali melalui bimbingan agama, konseling, dan dukungan keluarga. Masjid menjadi pusat pembinaan, bukan hanya tempat salat.

Kelima, gerakan dakwah dan sosialisasi terpadu. Dai, guru, tokoh masyarakat, dan aparat bersatu menyampaikan pesan anti-narkoba. Menggunakan media kreatif, seperti video pendek, drama, musik islam, agar pesan sampai ke generasi digital.

Pagi itu, di balik jeruji besi, DF termenung. Ia teringat masa kecil ketika ibunya mengajarinya mengaji. Air matanya jatuh.

“Andai aku tetap di jalan itu,” gumam DF lirih.

Di luar sana, perang melawan narkoba terus berlangsung. Bukan hanya tugas polisi, tetapi jihad seluruh umat. Perjuangan ini membutuhkan keberanian, kesabaran, dan doa yang tak putus.

“Ya Allah, jagalah generasi kami dari racun yang merusak akal dan iman. Kuatkan langkah kami  dan jauhkan kami dari bayang di balik asap ini.” (Ummu Fahhala).

***

Judul: Bayang di Balik Asap: Kisah Senyap Perang Melawan Sinte di Tanah Pasundan
Penulis: Ummu Fahhala, S. Pd., Praktisi Pendidikan dan Pegiat Literasi
Editor: JHK

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *