ArtikelBerita Jabar NewsBJNOpiniSosial

Merajut Harmoni Cerminkan Kolaborasi dan Kesadaran Kolektif

BERITA JABAR NEWS (BJN) ─  Rubrik OPINI, Minggu (03/08/2025) ─ Artikel bertajuk “Merajut Harmoni Cerminkan Kolaborasi dan Kesadaran Kolektif” ini adalah karya tulis Febri Satria Yazid, seorang pengusaha, penulis, dan pemerhati sosial yang tinggal di Kota Cimahi, Provinsi Jawa Barat.

Pada Minggu, 3 Agustus 2025, bertempat di Mozi Design Institute, Jalan Kamarung No. 5B, Citeureup, Cimahi Utara, Kota Cimahi digelar sebuah agenda penting bertajuk “Relaxasi dan Pameran Seni-Budaya”. Acara ini merupakan pertemuan rutin ke-10 dari para pegiat seni, budaya, dan literasi yang telah lama menjadikan ruang ini sebagai tempat bertukar pikiran, menghidupkan gagasan, dan membangun jejaring yang sehat di tengah geliat kreativitas masyarakat.

Acara yang diagendakan  dari pukul 12.30 hingga 15.00 WIB baru berakhir pukul 17.00 WIB karena banyaknya gagasan-gagasan yang dilontarkan peserta  dengan  agenda kali ini mengangkat isu penting yang sering luput dari perhatian: pentingnya membangun kolaborasi dan mengubah pola pikir kompetitif yang selama ini melekat dalam banyak kegiatan komunitas atau usaha kreatif.

Febri Satria Yazid, pemerhati sosial
Febri Satria Yazid, penulis dan pemerhati sosial – (Sumber: Jumari Haryadi)

Berbagai pemikiran bertujuan untuk mensinergikan potensi dari berbagai disiplin ilmu dalam membangun Kota Cimahi sejalan dengan  visi dan misi Wali Kota Cimahi, Ngatiyana  dan Wakil Wali Kota Cimahi, Adhitia Yudisthira yang ingin segera mewujudkan Cimahi maju, unggul, dan berkelanjutan dengan mengkolaborasikan antar generasi, menerapkan etos kerja di pemerintahan yang bersih dan transparan.

Jargon Cimahi tetap happy dengan filosofi bahwa saat ini terdapat indeks kebahagiaan masyarakat Cimahi sangat kurang  maka dijadikan tagline “Cimahi Makin Happy” dan akan mengkolaborasikan dengan program kegiatan melalui pemberdayaan ekonomi kerakyatan, pariwisata,  UMKM, urban turism, budaya, dan kuliner, ditambah dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Di tengah arus digital yang serba cepat, dunia seni dan budaya juga ikut terdorong untuk berlari. Bahkan, berkompetisi, seolah hidup ini adalah ajang perlombaan tiada henti. Sayangnya, paradigma ini justru kerap menciptakan sekat di antara individu maupun kelompok yang semestinya bisa saling mendukung.

Alih-alih tumbuh bersama, banyak yang memilih berjalan sendiri dengan dalih menjaga eksklusivitas, mempertahankan ego, atau sekadar takut kehilangan panggung, padahal kolaborasi bukanlah tindakan yang merugikan. Justru sebaliknya, kolaborasi adalah gerbang menuju sinergi yang lebih kuat dan produktif.

Para peserta diskusi diajak untuk membuka hati dan pikiran, menyadari bahwa keberhasilan tidak mesti lahir dari persaingan semata. Dunia seni bukanlah lapangan pacu, melainkan taman luas yang dapat dihuni oleh banyak warna dan suara tanpa harus saling meniadakan.

Diskusi yang mengalir dalam pertemuan ini menyentuh berbagai aspek praktis, mulai dari bagaimana menciptakan program kerja bersama antar komunitas, membentuk ekosistem seni yang saling menopang, hingga merancang pameran kolaboratif yang melibatkan berbagai elemen: seniman rupa, sastrawan, musisi, hingga pegiat budaya lokal.

Mozi Design Institute
Suasana diskusi di Mozi Design Institute pada Minggu, 3 Agustus 2025 yang berlangsung hangat dan menarik – (Sumber: Koleksi pribadi)

Kolaborasi yang sehat menciptakan ruang tumbuh bersama, bukan hanya dalam karya, tetapi juga dalam pemahaman, pengaruh sosial, serta penguatan nilai budaya. Dengan saling mengisi, yang satu lemah di strategi bisa belajar dari yang lain yang kuat dalam manajemen, sementara yang unggul dalam teknis bisa terbantu dari pihak yang kuat dalam promosi atau jaringan.

Pertemuan ini mengingatkan semua pihak bahwa berkesenian adalah proses spiritual yang luhur, bukan sekadar adu popularitas atau capaian pribadi. Maka sudah waktunya menggeser paradigma: dari kompetisi menuju kolaborasi, dari berjalan sendiri menuju beriringan, dari eksklusivitas menuju inklusivitas.

Mozi Design Institute, menjadi rumah gagasan yang menumbuhkan semangat kebersamaan. Harapannya, pertemuan ke-10 ini bukan hanya menjadi momentum refleksi, tetapi juga langkah awal menuju gerakan seni dan budaya yang lebih menyatu, berdaya, dan berkelanjutan. (F.S.Y./BJN).

***

Judul: Merajut Harmoni Cerminkan Kolaborasi dan Kesadaran Kolektif
Penulis: Febri Satria Yazid, pemerhati sosial.
Editor: Jumari Haryadi

Catatan:

Tulisan-tulisan yang mengangkat isu-isu sosial dari Febri Satria Yazid bisa Anda baca di blog pribadi penulis Febrisatriayazid.blogspot.com”.

Spread the love

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *